Advertensi : “Capolaga”, sebuah tempat Wisata di Panaruban – Sebelum Ciater, Subang.
Beberapa kali menikmati akhir pekan di Ciater Subang Jawa Barat, rasanya ingin menikmati sesuatu yang baru. Bukan karena bosan berendam di air panas alami atau tracking di kebun teh, tetapi karena yakin sekali, masih banyak sisi lain Subang yang belum saya datangi.Berkuda, atau pun joging tidak menjadi pilihan pagi itu. Dari Ciater, saya berjalan kaki ke Sagala Herang. Seorang tukang ojek memberi tahu lokasi curug (air terjun, red) yang belum terlalu lama dibuka. Lokasinya ada di dalam kawasan kebun teh, terlindung di salah satu sisi bukit.
Rasa penasaran membuat saya mengikuti ajakan ini. Ternyata bukan pilihan yang salah. Perjalanan selama sepuluh menit dipuaskan dengan bentangan tanaman teh di kiri dan kanan jalan. Di tempat ini pula, tujuh ekor elang Jawa (Spizaetus Bartelis) dilepaskan. Tidak ada polusi, dan hanya sesekali motor roda dua yang melintas.
Ketika sampai, portal masuk ke kawasan kebun teh belum dibuka. Jalanan batu menghantarkan kaki ke gemericik air terjun yang bening. Tempatnya sangat sederhana, namun bersih dan sangat alami. Begitu kaki terendam, rasanya nyaman sekali. Terlebih ketika air dari Curug Sinam ini membasahi kepala dan bahu kita. Meski tidak terlalu tinggi, tetapi nyaman sekali rasanya menikmati derasnya air gunung yang jatuh dari ketinggian. Atau sekedar duduk di atas batu besar, merendam kaki di air yang dingin. Buat saya, menemukan air terjun ini sudah seperti menemukan surga kecil, terlebih tidak ada orang lain yang mengusik ketenangan saya menikmati gemericik air.
Ternyata ada surga lain yang tersembunyi di bentangan Tanah Subang ini. Tepatnya di Kampung Panaruban, Desa Cicadas, Kecamatan Sagala Herang, Kabupaten Subang. Tidak sampai lima menit,”pintu surga” itu sudah kelihatan. Di tempat ini saya berjumpa dengan Pak Cece Suhana, pemilik Capolaga Adventure Camp.
Letak geografisnya terhampar di antara Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Burangrang, sehingga sepanjang waktu kesejukan di tempat ini sangat terasakan. Selain hamparan teh, dan kawasan yang nyaman untuk elang Jawa ini juga ada Surili (Presbytis Comata), bunga bangkai (Amarpholus Annurifer) dan jamuju (Dacrycarpus Imbricatus.)
Jaga Keseimbangan
Di lahan seluas 13 hektare, empat hektare yang diantaranya untuk wisata, terdapat empat curug yaitu Curug Sawer, Curug Karembong, Curug Cimuja dan Curug Goa Badak. Jarak dari satu curug ke curug yang lain tidak terlalu jauh. Antara curug yang satu dengan lainnya bisa ditempuh dengan jalan kaki karena jaraknya yang hanya ratusan meter. Curug-curug ini terbentuk dari pertemuan beberapa sungai yang melingkari kawasan wisata ini. Dari aliran Sungai Cimuja, terbentuk air terjun Cimuja, Curug Karembong dan Curug Goa Badak. Dari aliran Sungai Cikoneng terbetuk tiga curug lainnya yaitu Curug Jodo, Curug Lisung dan Curug Sawer. Masing-masing memiliki ketinggian berbeda. Curug Karembong misalnya antara lain dimanfaatkan untuk water theraphy. Meski menjadi kawasan wisata, tetapi Cece Suhana mengatakan, Capolaga Adventure Champ merupakan kawasan rekreasi terbatas.
Penggunaannya disesuaikan dengan keseimbangan alam yang mendukungnya. Selain itu ia menerapkan peraturan tegas agar tidak merusak atau mengotori alam selama aktivitas berlangsung di kawasan tersebut.Keseimbangan ini ia jaga, agar tidak merusak alam, terlebih di seputar daerah aliran sungai yang seperti Sungai Cikoneng, Sungai Cimuja, Sungai Cijulang, Sungai Ciasem yang mampu mengalirkan air dengan debit seribu hingga tiga ribu per detik untuk penduduk sekitar. Selain curug, Anda bisa melakukan outbond, family atau company gathering, adventure sport, tracking, bird watching, tea walk, camping, weekend barbeque party dan melakukan kegiatan fotografi. Bahkan, untuk pengambilan foto prewedding pun, bisa menjadi pilihan yang tepat, karena landscape yang menarik.Kawasan untuk camping yang dibagi dalam beberapa blok mampu menampung lebih dari dua ratus orang. Fasilitas lain yang bisa digunakan yaitu, pesanggrahan, shelter, kolam pancing, kolam mandi alam, lintasan jalan setapak, jembatan, tempat parkir dan toilet yang dibuat ramah lingkungan. Bagi Anda yang sekedar ingin tracking, tiketnya sangat murah. Per orang hanya membayar lima ribu rupiah.
Mudah Dijangkau
Menjangkau Panaruban cukup mudah dilakukan. Dari arah Utara, arah Pamanukan –Subang, masuk ke Kota Subang, Ciater, Sagala Herang dan Anda akan temukan Panaruban. Dari arah Timur, Anda melewati Sumedang, Jalan Cagak, Ciater,Sagala Herang dan panaruban. Sedangkan dari Selatan, melalui Bandung – Lembang, Tangkuban Perahu, Ciater, Sagala Herang dan Panaruban. Untuk arah Barat, arah Jakarta Cikampek, Purwakarta, Wanayasa, Sagala Herang dan segera Anda akan temukan Panaruban.
Dalam jarak tempuh normal, dari Jakarta bisa dicapai dua jam perjalanan, satu jam dari kota Bandung, satu jam dari Kota Purwakarta, 30 menit dari Subang dan Lembang, 15 menit dari Sagala Herang dan sepuluh menit dari Ciater. Ada baiknya, untuk melakukan reservasi untuk melakukan berbagai kegiatan di tempat ini. Pak Cece bisa dihubungi pada nomor telepon +62-260-470941 atau mengirimkan email di capolaga@yahoo.com. Capolaga Adventue Camp merupakan usaha keluarga. Tanah dibelinya sejak 1988. awalnya hanya untuk keluarga dan sahabat keluarganya saja. Tetapi tahun 2003 informasi berkembang dari mulut ke mulut.
Pensiunan TNI AU dengan pangkat terakhir Mayor ini memutuskan tinggal di Panaruban pertengahan tahun 90 an. Ahli mesin ini tahun 1992 juga memasok mesin-mesin untuk pabrik pupuk di daerah tersebut. Ketika listrik belum masuk ke daerah tersebut, ia menjual listrik tenaga turbin pada tahun 1992-1996. Dengan kekuatan 35 KW, listriknya mampu menyala selama enam jam. Meski kemudian usaha itu rugi ketika PLN sudah masuk ke wilayah itu. Kini dalam sebulan, kurang lebih 100 tamu yang datang. Pendapatan dari usaha ini kurang lebih Rp 500.000,00 – Rp 600.000,00. Jumlah ini sangat kurang untuk biaya operasional. Termasuk menggaji 16 karyawannya. Untuk gaji saja paling tidak suami Tati Maryati Suhana tersebut mengeluarkan dana tidak kurang Rp 10 juta.“Niat yang pertama, menolong penduduk sekitar yang tidak mempunyai pekerjaan. Meski belum semua bisa dipekerjakan di tempat ini, tetapi sedikit orang lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa sama sekali,” ujar Cece. Berjalan kaki di bentangan jalan yang hening di Capolaga, rasanya menentramkan jiwa. Energi baru pun terkumpul untuk memulai lagi aktivitas di Jakarta.
(Cerita seorang teman, Sumber cerita “halamansatu.net”)